Thursday, 12 December 2024

SATGAS COVID-19 : ANAK MUDA BISA JADI AGEN PERUBAHAN

-

Satgas Covid-19 menyatakan, medium paling popular untuk menyebarkan informasi protokol kesehatan dan pentingnya mencegah penyebaran Covid-19 sejauh ini adalah media sosial (medsos). Selain medsos ada pula televisi serta aplikasi perpesanan Whatsapp.
Namun demikian, ajakan kepada anak muda agar mematuhi protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 tidak cukup hanya memanfaatkan platform daring seperti medsos. Selain harus turun ke lapangan, diperlukan strategi komunikasi yang selaras dengan kultur pergaualan mereka.
Anggota Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, pihaknya bersama sejumlah pihak berusaha menggandeng pemuda dengan cara terjun langsung ke berbagai daerah di Indonesia. Fokus sosialisasi tak lain seputar Ingat Pesan Ibu agar memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).

“Kami terus ajak anak muda agar menjadi agen perubahan. Kami berkomunikasi juga menggunakan bahasa daerah setempat agar lebih mengena. Influencer yang kami gandeng juga berasal dari daerah setempat,” ucapnya dalam diskusi virtual Katadata bertajuk Siapa Bilang Muda Kebal Covid, Jumat (9/10/2020).
Sosialisasi efektif kepada anak muda terbilang penting mengingat kelompok inilah yang mendominasi kasus positif Covid-19 di Tanah Air. Banyak dari mereka yang sebetulnya sudah mengetahui protokol kesehatan selama pandemic Covid-19, yaitu 3M. Tapi cenderung enggan melaksanakan dengan benar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui, sekitar 15 – 20 persen masyarakat usia 17 – 45 tahun bahkan merasa tidak akan terinfeksi virus corona. Kenyataannya, sebagian besar positif Covid-19 justru berusia muda, yakni rentang usia 19 – 45 tahun sebanyak 55 persen (data per 5 Oktober 2020).
Keyakinan bahwa anak muda takkan terinfeksi Covid-19 menjadi penyebab terbesar lantaran ini membuat mereka abai terhadap protokol kesehatan. Hal lain ialah kalangan muda lebih sering keluar rumah untuk berbagai keperluan. Pengusaha muda Irvanda Mulyaningsih mengutarakan bahwa sebetulnya anak muda bukan tidak Ingat Pesan Ibu. Justru mereka tahu tetapi belum benar-benar paham risiko atau akibat jika mengabaikan protokol kesehatan 3M.

“Banyak sebetulnya anak muda yang sudah menggunakan masker, tetapi belum secara benar. Alasan mereka malas menggunakan masker, biasanya karena lama-lama merasa sesak napas. Atau, orang tua muda membiarkan anak-anaknya main tanpa mengenakan masker,” kata Irvanda. Padahal, menurut Dewi Nur Aisyah, apabila masyarakat menerapkan 3M secara disiplin maka risiko tertular virus corona bisa ditekan hingga 99 persen. Supaya Ingat Pesan Ibu lebih efektif, perlu juga dipahami cara menggunakan, melepaskan, serta kemampuan filtrasi masker.

“Abai terhadap protokol kesehatan akibatnya sangat fatal apalagi jika kemudian anak muda ini menjadi carrier dan menulari kelompok masyarakat yang lebih tua. Maka, kita harus ajak pemuda agar menjadi generasi peduli,” imbuhnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru